Duniavioelet

Humas dan Menunggu

Bagi banyak manusia normal, menunggu merupakan suatu pekerjaan yang paling membosankan.. Apalagi proses menghabiskan waktu untuk menunggu itu tidak diakhiri dengan hasil yang diinginkan.. Menunggu pasti dengan tujuan dan terkadang dibarengi perasaan unik yang hanya bisa dirasakan saat menunggu.. Harap-harap cemas seorang finalis menunggu hasil kompetisi,, kekhawatiran yang hampir membuat pingsan seorang suami menunggu istrinya melahirkan,, ato kebosanan yang tidak terduga saat menunggu pesawat delay dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.. Kemudian dalam profesi saya (yang semoga bisa segera pensuin) sebagai mahasiswa, menunggu adalah sebuah adat setiap liburan menjelang semester baru.. Menunggu dosen tentu saja.. Hanya untuk sebuah signature yang disyaratkan oleh kemahasiswaan untuk dapat melanjutkan belajar.. Beruntung bagi saya, meskipun pengasuh saya sudah professor dan tergolong sepuh, beliau ga kaku-kaku amat.. Janjian via sms masih beliau layani, sehingga tidak perlu melakukan aksi menunggu seperti sebagian besar teman-teman saya yang pengasuhnya ga maw dihubungi.. Sebenarnya saya bukan orang yang benci menunggu, hanya saja saya sangat tidak nyaman dengan penyia-nyiaan waktu.. Daripada menunggu ga ngapa-ngapain, mending tidur deh..:),, oleh karenanya setiap berniat untuk menunggu, buku tak akan pernah lupa saya bawa..

Kisah tentang menunggu bagi saya berawal pada saat semester 7 kemaren saya menerima tawaran untuk mengikuti sebuah kepanitiaan.. Bermodal kan waktu yang saya pikir sudah longgar tanpa ada jadwal kuliah, sedangkan skripsi masih berproses dalam pikiran, kegiatan ini saya pikir bisa memberikan saya sedikit kesibukan. Awalnya, posisi yang saya inginkan adalah sie acara atau bendahara, tapi kebijakan steering committee menempatkan saya dalam tim Humas Danus alias seksi sibuk, wara-wiri plus bertugas untuk mencari dana guna mencukupi kebutuhan kegiatan yang setelah dihitung kasar mencapai angka ratusan juta rupiah..*shock duluan*.. Ups, setelah dibagi tugas dalam tim, akhirnya dengan pertimbangan jadwal saya yang bisa sewaktu-waktu, saya resmi bekerja sebagai peminta tanda-tangan untuk semua kepentingan administrasi.. Dan dimulailah aktivitas saya sebagai penunggu…

Diawali dengan Nunggu pak Kahim dan pak Kapel,,di himpunan pagi-pagi buta..

Lanjut ke jurusan, nunggu pak Kajur yang ga taw datengnya jam berapa dan maw ditemuinya jam berapa.. Biasanya udah standby di lobi lante 3 gedung jurusan 5 menit sebelum jam kerja mulei.. Klo lagi untung,, dateng pagi beliau langsung maw ditemui,, tapi klo lagi apes,, njamur sampe sore pun kadang masih harus balik nunggu besok pagi..

Trus ke pembantu dekan bagian kemahasiswaan yang biasanya baru longgar banget setelah jam3 sore,, Yang ini lumayan lah,, selain sering duduk manis di ruangan,, karena sudah suratan takdir pekerjaaan beliau memang ada untuk ditemui mahasiswa,, boleh janjian terlebih dulu plus ruang tunggunya yang nyaman dan empuk,.

Bersambung ke pak pembantu Rektor yang nyatannya juga banyak banget peminat menunggunya… Hal yang paling ga enak dari bagian menunggu disini adalah,, antriannya booo… Panjang buangetttt… belum lagi ditambah agenda beliau, mulai meeting sampe harus menghadiri acara.. Nunggu dari pagi, biasanya baru bisa masuk setelah ashar, sering juga udah jauh-jauh jalan dari fakultas, beliaunya ga ada di tempat.. Tapi beruntung lagi,, karena beliau berasal dari jurusan saya,, prosesnya jadi lebih dipermudah..

Dengan begitu,, untuk mendapatkan tanda tangan lengkap pada sebuah surat ato proposal, saya perlu membuang waktu kurang lebih 3 hari untuk hanya “menunggu”.. Dan rutinintas seperti itu saya lakukan hampir sebulan penuh.. Hahaha,, mengesankan.. Tapi banyak hal lain yang saya dapatkan dalam proses menunggu itu, selain saya bisa belajar bersabar,, mengerti bahwa bagian-bagian yang ga enak dari sebuah masa juga tetap harus dilalui,, banyak mengamati rutinitas mahasiswa dengan segala kejenuhannya menunggu (ada yang diam,, ada yang sms an,, ada yg ngobrol,, ada yang jalan-jalan,, ada yang baca buku&koran,, , dan subhanallah,, ada yang baca mushaf..) yang masuk maen serobot antrian,, yang terkadang berkata kurang sopan (menurut saya),, dan lagi,, ngobrol dengan teman menunggu saya yang pada akhirnya membuat kami lebih saling mengenal, yang pada keadaan sibuk ga akan pernah bisa kita lakukan…

Hm… Menunggu tidak selalu membuang waktu.. Menunggu tidak selalu sia-sia,, karenanya kita bisa menghargai waktu, karenanya terkadang justru kita berkesempatan melakukan hutang-hutang kegiatan yang terabaikan dengan kesibukan..

*Sejujurnya saya benci menunggu.. Tapi saya tahu, dengan mau menunggu saya telah memberikan kesempatan pada diri saya untuk kembali belajar,, belajar dan terus belajar BERSABAR…^,^.. *

Tinggalkan komentar